Semesta menjingga. Matahari berpulang, kembali menutup hari ini. Dan aku masih menunggu di bawah kolong langit. Sendirian. Menunggu malam datang bersama bulan dan bintang-bintangnya. Bersama hadirmu yang menjanjikan berita baik.
Hari sudah tampak gelap dan aku benar-benar merasa bosan. Namun belum lelah menanti hadirmu. Kuhitung setiap bintang yang tertangkap oleh pandanganku, mematikan rasa tak sabaranku. Hingga akhirnya pada hitungan bintang kesekian, siluetmu samar-samar terlihat dari ujung taman sana. Kamu yang biasa saja namun begitu menawan. Kamu, dengan segala kesederhanaanmu, mampu menghasilkan debar yang berbeda.
"Maaf aku terlambat." ucapmu kala itu.
"Untuk kesekian kalinya. Tenang saja, aku telah terbiasa menunggumu." balasku sambil tersenyum. Setidaknya, hingga saat ini.
"Aku tak bermaksud begitu. Kau harus mengerti keadaanku." Kau berusaha membela diri, tersindir oleh ucapanku.
"Kapan aku tak pernah mengerti keadaanmu, sayang?"