Aku suka mata itu. Aku suka senyum itu.
Rambut itu, jidat itu, hidung itu, pipi itu, dan dagu itu.
Komponen-komponen yang akhirnya membentuk wajah itu, wajah yang beberapa waktu ini sudah benar-benar tidak asing lagi di mata, pikiran, dan hatiku. Wajahmu.
Wajah yang dengan tatapan sayu dan senyuman menenangkan.
Wajah yang mampu membuat hatiku berdesir perlahan.
Wajah yang akhir-akhir ini mengganggu pola makan dan tidurku.
Wajahmu, kamu yang mampu membuat perasaanku berantakan tak karuan.
Wajah itu hanya dapat terus aku pandang dari sini, dari sisi yang tak pernah mungkin bisa kamu ketahui.
Tentunya, dengan diam-diam.
Betapa menyenangkannya. Melihat wajah yang sendu itu tiba-tiba melengkungkan sebuah senyuman tipis, mengukir tawa, membentuk jutaan ekspresi yang membuat mataku terkadang sangat susah untuk berpaling lagi.
Terkadang aku mereka-reka, apa yang sedang terselip di ingatanmu?
Sehingga kamu bisa terbahak sebebas itu. Sehingga kamu bisa tersenyum semanis itu.
Ayo, beritahukan padaku. Agar aku juga bisa ikut tertawa ria bersamamu, walau dalam jarak yang tentu saja berjauhan.
Tetapi aku selalu berprasangka kalau aku memang tidak akan pernah mungkin bisa berdiri disana, disampingmu.
Yang kemudian menatap lekat-lekat wajah itu dalam jangkauan yang dekat, sangat dekat.
Walau tak bisa aku pungkiri, terkadang aku ingin mewujudkan khayalan yang satu itu.
Aku selalu merasa sukar untuk menelaah isi hatimu, pikiranmu.
Sehingga terkadang aku sering berasumsi sendiri tentang kamu. Banyak hal tentang kamu.
Misalnya saja, caramu berpikir, kepribadianmu, keseharianmu, pergaulanmu, bahkan masa lalumu, tak luput dari kajian-kajian otak kecilku.
Masa lalumu. Tentang dia. Dia yang bukan aku. Dia yang datang sebelum aku. Dia yang posisinya berbeda dari aku. Dia, dia yang pertama untukmu.
Aku tak pernah berpikir untuk bisa menjadi dia di dirimu.
Menggantikan posisinya, atau bahkan menjadi orang yang baru bagimu.
Bahkan ketika aku ingin mencoba pun, aku yakin keberuntungan akan berlari menjauh dariku.
Disudut ruang ini, aku akan tetap menjadi penikmat wajah itu dalam diam.
Hingga nanti, nanti ada saatnya dimana wajah itu sudah tidak lagi mampu menyebabkan tawa dan semangat baru untuk hari cerahku.
Terimakasih, telah menghadirkan jutaan ekspresi mengagumkan itu.
Terimakasih, telah mau menjadi inspirasi baru untukku.
Terimakasih, telah mau menjadi objek coretan-coretan tanganku.
Objek rahasia dan tidak memungut biaya :p
0 komentar:
Posting Komentar