Jumat, 27 Juli 2012

Sahabatku, Manusia Sejuta Kepribadian :)

Sahabat. Sebuah kata yang sudah tidak terdengar asing lagi di telingaku. Aku bingung bagaimana lagi mendefinisikan kata itu. Karena memang sudah terlalu banyak definisi yang tercipta dari sebuah kata bertahtakan 7 huruf itu. Bahkan mungkin setiap umat memiliki definisi tersendiri dari kata itu. 

Aku bukan seorang penyair yang bisa mengartikan satu kata itu menjadi sebuah pengertian yang luar biasa memukau, dengan susunan kata-kata mujarab yang mungkin terlihat rumit namun tetap terkesan elegan. 

Bagiku, sahabat itu kumpulan manusia-manusia luar biasa yang mau tertawa dan menangis bersamaku. Manusia-manusia yang mau memandang aku karena apa adanya aku. Manusia-manusia yang lebih memilih menamparku secara langsung daripada menusukku dari belakang. Juga manusia-manusia yang pertama sekali memelukku ketika aku sedang menghadapi masalah, memelukku tanpa perlu menanyai mengapa dan bagaimana terlebih dahulu. Mereka, manusia-manusia yang menaruh kepercayaan penuh atasku. Mereka, yang mencintaiku lebih dari status sahabat itu sendiri.


Aku merasa menjadi manusia paling beruntung pernah mengenal manusia-manusia yang dikatakan sahabat itu. Dan lebih beruntungnya lagi, manusia-manusia yang diputuskan-Nya untuk menjadi sahabatku adalah manusia-manusia ajaib dengan keluarbiasaan tingkat paling tinggi. Mungkin aku terlalu berlebihan mendeskripsikannya, tapi itulah pendapatku tentang mereka.

Betapa menyenangkannya bisa duduk dan bercerita bersama mereka. Saling mendengarkan, saling memberi solusi. Saling bermain, saling menertawakan. Saling mengingatkan, saling merangkul. Saling bersedih, saling menangis. 

Bersama mereka, aku mengerti apa itu ketulusan, mengapa harus berbagi, bagaimana untuk tidak egois, siapa yang benar-benar peduli, kapan harus serius dan bercanda. Dekat dengan mereka, aku belajar mengenai kebersamaan yang sesungguhnya. Merasakan rangkulan seorang kakak, seorang adik. Aku belajar banyak hal. Hal-hal yang tidak mungkin bisa aku dapatkan tanpa mereka.

Terlalu picik memang, ketika kita hanya berbicara tentang kebahagiaan. Terlalu menjijikan rasanya, ketika kita kita mencari saat membutuhkan saja. Sahabat lebih dari itu. Sahabat lebih dari tempat sampah yang selalu saja menampung setiap ceritaku, amarahku, tangisku. Sahabatku, lebih dari semua hal memuakkan itu.

Tetapi terkadang sahabat memang berfungsi sebagaimana mestinya saat dibutuhkan saja. Lalu? Pergi, menghilang. Menikmati indahnya kehidupan. Lantas mereka dilupakan? Tragis memang.

Seandainya bisa mendalami peran sahabat lebih dari sebatas pengetahuan paling dangkal saja, kita bakal sadar bahwa sahabat itu seorang manusia dengan sejuta kepribadian. Tau kapan dia harus bersikap seperti seorang ayah, seorang ibu, seorang kakak, seorang adik, seorang teman, seorang pacar. Bahkan bisa bersikap seperti dokter, polisi, guru, dan sebagainya saat dibutuhkan. Hahahah mereka memang luar biasa bukan?

Aku selalu berusaha menjadi sahabat yang baik. Sebagaimana baiknya sahabat-sahabatku selalu memperlakukanku. Aku mencintai sahabat-sahabatku. Mencintai tanpa memandang kelebihan apalagi kekurangan mereka. 

Aku rasa mereka juga mencintaiku. Ah, mereka memang mencintaiku.

0 komentar:

Posting Komentar